BREAKING NEWS
Loading...

Surat untuk dua orang terkasih.



Apa aku berlebihan jika menyebutmu sebagai malaikat pelindung ? kurasa tidak.
Untukku, kau rela berikan apapun, bahkan menaruhkan nyawa.

Melihat ke belakang, kau seorang yang tangguh, menopang beban berat dalam perutmu yang semakin hari semakin membesar, yang mungkim membuatmu cepat lelah untuk melangkah. Ternyata tidak, kau masih tetap melangkah, tanpa lelah, menjalani apa yang harus kau jalani setiap hari dengan berat diperutmu.

Tentang [Akhir Dari] Menunggu


Hitam setelah Senja yang kau tatap, sekarang berubah cerah. Kau tak lagi sendu menahan pilu sendirian, bulir yang kau keluarkan, kini telah terseka. Iya, itu karena kau telah membuka mata, dan kau baru menyadari, nyata Tuhan menyediakan seorang untuk membantumu bangkit dari kata bermakna sedih menuju indah yang kau harap. Bukan, bukan olehku bulirmu terseka.

Tentang Menunggu


Kau tampak lelah berjalan, pikirmu melayang tak karuan, bulir demi bulir yang kau keluarkan tak mampu ku seka. Kau masih nyaman dengan caramu menutup mata. Padahal, banyak nyata yang Tuhan hadirkan untukmu, namun kau masih enggan percaya akan hal itu.

Atap Semesta


 by google

Playlist ku putar, semua genre dan satu persatu lagunya kudengar dalam.
Terlihat samar, asap kopi masih mengepul, ku cumbu perlahan agar rasanya terasa kuat. Seperti biasa jika malam, begitu sunyi. Namun berbeda dengan malam kemarin, malam ini cukup berbintang.

[Earth Day] Dari Kami Untuk Bumi

Pamflet kegiatan.

Kita sudah tau bahwa tanggal 21 April adalah Hari Kartini, hanya saja bukan itu yang akan saya bahas.
Hari ini, 22 April 2015 adalah Hari Bumi, kami yang tergabung dalam berbagai komunitas yang ada di Kota Pandeglang berkumpul di  Alun-alun kota, untuk menyelenggarakan kegiatan Earth Day dengan Tema "Seribu Lilinkan Bumi Pandeglang"

Komunitas - komunitas yang ambil bagian dalam kegiatan Earth Day ini adalah...

[Salam Kenal] Salam Sapa Blogger Personal


Salam kenal, saya Erdi, lahir 21 tahun yang lalu ditanggal 25 Juni. Mempunyai Ibu seorang perempuan dan Ayah seorang laki-laki, 1 adik laki-laki dan 1 adik perempuan. Oke, cukup perkenalannya.

Masa sekolah dulu, saya punya 2 buah blog, 1 diblogspot, 1 lainnya di wordpress. Isi artikel blogspot saya muat dengan puisi-puisi. Isi artikel wordpress saya muat dengan semua catatatn pelajaran sekolah yang saya tulis, kemudian saya ketik ulang untuk update di wordpress. Tapi mereka berdua gak bertahan lama, mereka gak saya urus, kasihan padahal.

Bukan Meteor Shower, tapi....

Sesuai tema postingan kemaren, Fenomena langit malam April.
Jaket udah dipake, bantal buat ganjel kepala siap, kopi siap, cemilan oke, saatnya observasi Lyrid meteor shower.

Gue udah rebahan didepan rumah dengan bantal sebagai ganjelan kepala biar agak enak rebahannya.
Oh iya, rumah gue sebelahan sama sekolah SMK, bukan konon katanya, tapi emang banyak kejadian aneh di sekolah itu, tapi tadi gue gak mikir tentang anehnya sekolah itu karena gue lagi observasi tentunya.

Fenomena Langit Malam April 2015


Bumi adalah sebuah pelanet dan kalian tau itu.
Bicara tentang Bumi, maka bicara kehidupan.
Tentang kehidupan, berati banyak kejadian dalam hidup yang kita rasakan.

Selain pertandingan sepak bola dan stalkin twitter mantan, saya juga suka sama yang namanya Astronomy.
Fenomena, fenomena adalah suatu kejadian yang terjadi didalam on the spot yang sudah mereka rangkum dari youtube kebanyakan. *lupain*
Tuhan menciptakan Bumi beserta isinya, diluar itu, Tuhan menciptakan Planet lain yang kita tahu sekarang ada 8 buah Planet yang termasuk dalam tata surya kita.
Tata surya kita berada pada sebuah galaksi yang luasnya jutaan bahkan miliaran SA (Satuan Astronomy).

Kamu adalah caraku menatap indah


 by google

Fajar tiba, gagah sang Mentari siap taklukan Bumi.
Langit kita selalu sama, hanya saja waktu yang jadi pembeda.
Jika aku mengingat, tentunya masa lalu yang terpatra.
Dan saat sadar, faktanya adalah sekarang yang bisa disebut masa setelah lalu.
Satu lalu ketika aku pernah berucap.
Kamu adalah caraku menatap indah karya nyata Tuhan.
Namun sekarang, seakan aku terpincang menyusuri langkah kehidupan, saat yang terindah lenyap tergerus waktu.
Nikmati bahagiamu yang sekarang, tetaplah mengagumkan.

Senja kala itu


 by google

Kita pijakan kaki pada bumi yang sama, senja yang kita lihat masih seperti dulu, jingga.
Malam tiba, hitam segera menguasai. Gemerlap bintang seakan bisa kita gapai, namun hanya indah saja yang kita dapat nikmati.
Semesta terlalu luas untuk kita temukan titik ujungnya.
Tetapi, Genggamlah tanganku dan melangkahlah bersamaku.
Dari situ kita tahu, semesta tak seluas apa yang kita kira untuk menemukan titik ujungnya jika kita terus bersama.

Tempo Dulu | 6. Hancurnya Penjara Lembah Dalem



Setelah perbekalan senjata dirasa cukup untuk mengahdapi para Tentara Belanda yang ada di penjara. Tengah malam, menyusuri hutan yang gelap, Agoes, Roeslan, Moerdiono, dan rekan tahanan yang lain sekitar 60 orang, pergi menuju perbukitan dimana penjara Lembah Dalem tersebut berada.
Pukul 2 dini hari, merekapun sampai. Mereka melihat 4 Tentara Belanda di pos penjagaan gerbang sedang tertidur pulas, ke empatnya terihat keletihan, mungkin karena terlalu lelah menjaga gerbang.

Sekitar 10 orang rekan Agoes pergi menuju pos penjaga, untuk menculik ke empat Tentara Belanda tersebut. Mereka semua berhasil menculik Tentara Belanda dan membawanya ke semak untuk dibunuh. Lalu 4 orang rekan Agoes diperintahkan untuk memakai seragam Tentara Belanda tersebut, dan menggantikannya berjaga di pos agar Tentara yang lainnya yang ada di penjara tidak curiga akan kedatangan mereka.

Salah seorang dari mereka menolak untuk memakai seragam itu.

“Maaf Goes, saya tidak mau memakai seragam Tentara bangsat ini, saya sudah terlalu sakit jika mengingat kekejaman mereka yang aku dan keluargaku dapatkan kala itu.” Ucap Amir.

Agoespun, mengerti.

“Ada dari kalian yang mau mengenakan seragam ini, demi kelancaran penyerangan kita ?” setengah teriak Agoes berbicara, agar tidka terdengar.

“Saya! Demi lancarnya penyerangan ini, saya siap memakai seragam para bangsat ini” ucap Kasim, seorang yang lebih tua dari Agoes.

“Terimakasih pak”

Kasim dan 3 orang lainnya bergegas pergi ke pos penjagaan. Setelah dirasa aman, Kasim memberikan kode kepada Agoes dan yang lainnya untuk bergerak masuk ke dalam penjara. Roeslan dan separuh rekan tahanan diberi tugas masuk menyusuri sisi kiri penjara. Moerdiono dan separuh lainnya ditugaskan Agoes untuk menyusuri sisi kanan penjara. Sementara Agoes dan sisanya pergi melalui pintu depan penjara.

03:00 Pagi, penyerangan secara Gerilya pun terjadi, granat hasil rampasan Agoes dan rekan lainnya dilemparkan ke gedung-gedung yang sudah diketahui para tahanan bahwa didalamnya terdapat ruangan tempat tentara berkumpul.
Perang pun terjadi, karena serangan yang dikomandoi Agoes itu dilakukan ketika para Tentara Belanda sedang tertidur, separuh Tentara Belanda yang ada sudah tewas karena serangan mendadak tersebut.

Beberapa rekan Agoes pun tak sedikit yang terkena tembakan dari peluru para Tentara Belanda yang melancarkan serangan balsan. Moerdiono, seorang yang muda diantara Agoes dan Roeslan tertembak dibagian kepala, sehingga tewas seketika. Agoes pun semakin membabi buta, senjata yang dipegang Agoes tak henti ditembakan, anak-anak panah yang dipakai rekan satu penjara pun berterbangan ke arah para tentara belanda. Sabetan Parang yang Amir gunakan pun banyak disarangkan ke tubuh para Tentara Belanda.

“Ini untuk Istiku!” sabetan parang dihempaskan kepada leher seorang Tentara Belanda yang sudah tak berdaya.

“Ini untuk jariku!” Amir menghempaskan parang kepada kepala seorang Tentara Belanda hingga putus.

Jari telunjuk Amir dipotong oleh tentara belanda, karena ia menunjuk, menghardik, dan mencaci seorang Tentara Belanda yang menyiksanya kala dalam tahanan dulu.
Satu demi satu rekan-rekan Agoes berguguran, begitupun para tentara yang lebih banyak berjatuhan. Karena kuasa tuhan, Agoes diberikan kemenangan melawan para Tentara Belanda yang jumlahnya bahkan lebih dari 100 orang. Agoes, Roeslan, dan rekan lainnya yang masih tersisa, membakar ruangan demi ruangan yang ada didalam gedung penjara Lembah Dalem itu. Sampai Akhirnya Agoes teringat, bahwa Willian Van Desch, sang kepala penjara belum ia temukan keberadaannya. Agoes, Roeslan dan yang lainnya pergi mencari keberadaan William sang kepala penjara. Roeslan menemukan William sedang berlari menuju kantornya di lantai 2. Sontak Roeslan memberi informasi tersebut kepada Agoes. Mereka pun mengejar William hingga ke depan pintu kantornya, pintunya tertutup, William menutupnya dari dalam.

“Keluar Bangsat!”

Serentak mereka berteriak kata-kata yang sama, William tak kunjung keluar, Agoes pun mendobrak pintu kantor tersebut. Disana terlihat, Williah sudah terpojok dengan menggenggam sebuah pedang, dan mengancam membunuh mereka yang maju menyerangnya. Agoes dan yang lain hanya tertawa, karena hanya tinggal William, belanda yang tersisa di penjara ini, sementara Agoes, Roeslan, bersama 11 lainnya. William pun menyerah, dan meminta ampun kepada Agoes untuk dilepaskan.

“Ampun, lepaskan saya, biarkan saya pergi” seraya mengemis meminta di lepaskan.

Agoes tak menggubris permintaan William, malah rekan yang lain menalikan tangan William ke atas atap sehingga William tergantung dengan tangannya di atas.
Tinjuan pun bersarang diseluruh tubuh William oleh mereka yang dendam akan perlakuan William kala itu.

“ini untuk adikku yang telah kalian perkosa, bangsat belanda!” tinjuan bersarang di oerut William.

Yang lainnya pun mengikuti.

“Ini, untuk Ayahku” Tinjuan melayang di wajah William.

“Ini, untuk Ibuku” Tinjuan kembali William dapatkan.

“Ini, untuk Moerdiono” Kembali mendarat tinjuan Agoes.

“Ini, untuk Sri!” Tendangan Agoes mendarat di ulu hati William.

William pun menangis memohon ampun dan memohon untuk dilepaskan, tapi mereka tak menggubris permintaan William.
Tangan William dilepaskan dari ikatan tali, kemudian Kasim dan Roeslan memegangi kedua tangan William atas perintah Agoes.

Agoes, mengambil sebilah pedang yang tadi William gunakan untuk mengancam mereka.

“Ini dari kami, Indonesia yang kalian jajah, allahhu akbar!” tebasan pedang di kepala William hingga kepalanya terputus mengakhiri semua ketegangan perang malam itu.

Jasad William dibiarkan tergeletak bersimbah darah, kepalanya pun terletak tidak berdekatan dengan tubuhnya. Waktu sudah menunjukan pukul 5 pagi, mereka pun menangis bahagia akan kemenangannya melawan para Belanda yang ada di penjara Lembah Dalem. Mereka semua berterimakasih terhadap Agoes yang memberinya semangat untuk melawan dan tak mau di tindas di negri sendiri.

“Goes, terimakasih, jika kau tidak masuk penjara ini, mungkin nasib kami dalam penjara berbeda” ucapan terimakasih tak henti menghujan telinga Agoes.

Agoespun memeluk satu demi satu rekannya yang masih hidup itu sembari mengatakan.

“Jika tanpa kalian, apalah arti perlawanan yang aku serukan, dan jika tanpa kalian pula, apalah arti mereka yang gugur dalam perang melawan tentara belanda tadi”

Bersambung...

Tempo Dulu | 5. Rencana Penyerangan



Setelah semua rekan tahanan Agoes berangsur pulih dari lukanya, Agoes bersama mereka kemudian berjalan menyusuri hutan untuk mencari desa terdekat. Setelah berjam-jam mereka berjalan, akhirnya mereka bertemu sebuah desa, ada beberapa rumah didalamnya, mereka pun meminta izin untuk tinggal disana untuk beberapa hari kedepan.

Agoes pun dipertemukan dengan kepala desa setempat, Soelasno, mereka pun berkenalan.

“Agoes” seraya menjabat tangan pak Soelasno

Soelasno pun diam sejenak, karena teringat sesuatu sambil tangannya masih menjabat Agoes.
Sebelumnya Sulasno telah mendengar kabar sayembara yang diadakan kepala penjara Lembah Dalem, bahwasannya siapa saja yang menemukan Agoes hidup atau mati, maka ia akan menerima 1000 gulden. Itu yang ia dengar. Yang kemudian sayembara itu diberitahukan kepada Agoes, Seketika Agoes pun terkejut mendengar pernyataan itu dari kepala desa.

“Lalu, apa yang akan bapak lakukan terhadapku? Apa bapak akan menangkapku kemudian menyerahkanku kepada Bangsat penjajah itu?” suasana hening sejenak.

“Tentu saja tidak! Itu semua, karena akupun mempunyai dendam kepada William, ia telah memperkosa istriku, kemudian membunuhnya di hadapanku” sembari matanya mengeluarkan air mata.

Agoes terdiam, lalu berkata.

“Kita disini semua sama, pak. Saya dan rekan tahanan yang lain pun mempunyai dendam yang sama terhadap mereka. Khususnya saya, saya mempunyai dendam terhadap perlakuan para tentara belanda yang seketika membuat Ibu dan Ayahku meninggal dunia”

Percakapan mereka sudahi, kepala desa menyilahkan mereka tidur dimanapun karena sudah meminta izin kepada semua pemilik rumah yang ada di desa itu.
Agoes pun memilih tidur disebuah saung, sementara teman-temannya yang lain memilih tidur di rumah penduduk desa. Saat sedang berbaring memikirkan rencana penyerangan, Agoes pun dikejutkan oleh suara perempuan yang menyapanya.

“Mas, ini, aku bawakan makanan. Maaf seadanya” seraya senyum indah sembari menyodorkan piring yang berisi makanan ke depan Agoes.

Agoes seketika melamun, menatapi wajah ayu wanita yang memberinya makanan.

“Terimakasih, siapa namamu?” Tanya Agoes.

“Saya Sri, mas, Sri hartini. Panggil saja saya Sri”

“Saya Agoes” bersalaman.

“Saya sudah tahu kok, mas Agoes, saya tahu dari bapak, bapak pula yang menyuruh saya mengantarkan makanan untuk mas”

Ternyata, Sri adalah anak Soelasno sang kepala desa. Lama mereka mengobrol, akhirnya, Sri izin kepada Agoes untuk kembali ke rumah, karena waktu sudah larut malam. Agoes kembali sendirian yang sekarang ditemani oleh lamunan akan wajah Sri yang ayu itu.

Tak terasa, Agoes tertidur pulas. Esok paginya. Agoes dan rekan yang lain kembali berunding untuk merencanakan penyerangan terhadap penjara Lembah Dalem dan memusnahkan semua tentara yang ada didalamnya, termasuk William Van Desch sang kepala penjara. Waktu sudah hampir malam, mereka pun telah selesai berunding, dan kembali ke tempatnya masing-masing.

Agoes kembali menempati saung yang semalam ia singgahi untuk tidur. Lalu, kembali Sri datang, dengan membawa makanan. Mereka berbincang hingga larut malam, dan lagi, Agoes merasa jatuh cinta terhadap Sri, sejak saat itu mereka pun mengobrol hingga larut.

Esok harinya, terdengar kabar, bahwa tentara belanda akan mengunjungi tempat yang Agoes dan rekannya singgahi untuk mencari mereka. Malam tiba, Agoes dan rekan yang lain pergi meninggalkan desa, sebelumnya telah pamit kepada Soelasno dan tentu saja Sri. Mereka semua bergegas pergi ke dalam hutan untuk bersembunyi. Seminggu berlalu, Agoes dan semua rekannya pergi kembali ke desa yang dikepalai pak Soelasno. Setelah sampai, agoes terkejut ketika mendapati desa yang sudah porak poranda seperti terkena angina putting beliung. Segera Agoes mengunjungi rumah kepala desa dan menanyakan apa yang teah terjadi.

“Pak, apa yang telah mereka lakukan?”

“Mereka menghancurkan rumah rumah yang ada, karena kami tidak mengakui bahwa kamu tidak pernah disini”

“Sri dimana pak?”
Soelasno pun menangis.

“Sri meninggal, ia diperkosa William, namun Sri memberikan perlawanan. Sri menghantamkan kendi yang ada di meja ke kepala William hingga berdarah hebat, Sri pun dicekik sampai tak lagi dapat bernafas, dan itu di lakukan di hadapan saya”

Agoes terkejut mendengar pernyataan itu, dan ia pun semakin murka terhadap kejahatan William dan Tentara Belanda lainnya yang sudah seenaknya memperbudak kami pribumi.

“Bangsat belanda itu. Saya akan membalasakan semua yang sudah terjadi, pak"

Setelah kembali membantu warga membetulkan rumah-rumahnya yang telah diporak-porandakan Tentara Belanda, Agoes pun pamit kepada kepala desa, untuk pergi mencari alat-alat untuk melawan para Tentara Belanda. Sebelum pergi, kepala desa dan para warga memberikan senjata yang ada kepada Agoes dan rekannya yang lain. Ada senapan, parang, golok, cerulit, keris, panah, tombak dan lain-lain, itu semua sudah lebih dari cukup untuk kami melawan mereka, karena sebelumnya, Agoes dan rekan-rekannya membajak sebuah mobil truk Belanda yang memasok senjata api menuju penjara Lembah Dalem. Mereka berhasil membajak semua senjata yang akan dipasok. Agoes dan rekannya pun membantai 2 tentara belanda yang bertugas mengantarkan senjata itu, dan mobil truk pengangkut senjata tersebut didorong beramai-ramai menuju jurang guna menghilangkan jejak.

Tempo Dulu | 4. William Van Desch



William Van Desch, seorang kepala penjara yang kejam jika sudah menyiksa para tahananan yang tidak mengikuti peraturan dalam penjara yang ia kepalai.

Suatu hari, penjara kedatangan tahanan barum yang bernama Agoes Soemantriono, ia ditahan karena perbuatannya yang telah membunuh anggota tentaranya dengan sebuah cangkul. William tertawa dengan kedatangan Agoes.

“Jadi, ini, yang telah membunuh tentaraku dengan sebuah cangkul, hah?!” Tinjuan telak di sarangkan ke perut Agoes yang kedua tangannya di pegang erat oleh tentara belanda yang membawanya.

“Bawa dia ke tempat pengasingan!” Tegas William dengan nada tinggi.

Dibawanya Agoes ke tempat pengasingan, kedua tangannya diikat oleh sebuah tali tambang yang tergantung ditengah ruangan sempit itu, tangan Agoes diikat ke atas, sementara kakinya menjuntai kebawah, tidak terlalu tinggi, namun membuat Agoes sedikit berjinjit. William datang ke ruang pengasingan itu dan menginterogasi Agoes.

“Kamu mau jadi jagoan, hah?” Tinjuan mendarat di wajah Agoes, hingga hidung dan mulutnya mengeluarkan darah.

“Siapa namamu?!”

Agoes tak menjawab.

“Siapa namamu!” dengan nada yang semakin tinggi sembari melayangkan tinjuan di perut Agoes.

“SAYA AGOES” dengan nada tinggi seraya meludah ke wajah William, hingga wajah William di penuhi ludah yang berdarah.

“Berengsek!” William membuka ikat pinggang kulitnya, dan mencambuk Agoes beberapa kali hingga tubuhnya kembali berlumuran darah. Setelah pingsan, William memerintahkan anak buahnya untuk membawa Agoes ke dalam sel tahanannya.

William pergi menuju ruangannya, memasuki kamar mandi untuk membersihkan wajahnya yang berlumur ludah dan darah.

“Berengsek anak itu” sembari mengelap wajahnya dengan kain basah.

William dikenal sebagai kepala penjara yang kejam jika ia sudah marah besar, kepada tahanan, maupun tentara yang ada dalam penjara itu jika melenceng dari perintahnya.

Masa kecil William memang keras, karena dia hidup hanya dengan seorang Ayah, dan ibunya telah meninggal ketika berhasil melahirkan William. Sang Ayah yang seorang Tentara, lantas ia mendidik William dengan sangat keras, dan tak jarang William kecil sering disiksa oleh ayahnya ketika membuat kesalahan. Inilah yang membuat William besar menjadi sangat kejam jika sudah marah, masa kecilnya yang melatarbelakangi kekejaman William saat ini.

Saat kaburnya Agoes dan tahanan lain, William pun mengadakan sayembara,

“jika ada yang berhasil menangkap Agoes, akan di berikan 1000 Gulden, Hidup atau Mati”

Karena saat itu, Agoes dinilai sangat berbahaya karena pemberontakannya terhadap Belanda yang sangat mengancam kolonialisme pada zaman itu..