CERBUNG: Shadow of Revenge (Bagian 4: Bayangan Hitam)
CERBUNG: Shadow of Revenge (Bagian 4:
Bayangan Hitam)
Hari semakin gelap,
gagak yang beterbangan seakan jadi pengiring senja yang sedikit demi sedikit
hilang diperaduan, langkah kelima orang itu makin cepat, berlomba dengan aturan
dari asrama yang begitu ketat untuk tidak pulang saat gelap tiba, terkecuali
sabtu dan minggunya. Waktu begitu cepat berlalu, hari-hari berikutnya Emma
berubah ceria kembali, ia sedikit bisa melupakan kejadian yang menimpa
kekasihnya beberapa waktu yang lalu.
Keesokan harinya...
Seperti biasa, pada jam
istirahat tiba, Arthur dan Vincent melambaikan tangan kepada Rea, Jade dan Emma
yang berjalan untuk duduk di meja yang ia tempati. “Hai, disini” teriak
Vincent.
Saat bersamaan,
Takazaki melintas di sebelah mereka dengan membawa nampan makanan yang ia
pesan, dengan sengaja Arthur melintangkan kakinya, Takazaki terjatuh dengan
makanan berceceran di lantai. Takazaki menatap Arthur, Arthur pun berdiri dari
mejanya menatap kembali Takazaki yang masih dilantai.
“Apa yang kau lihat ?!”
Teriak Arthur.
Takazaki kembali
membereskan makanannya ke atas nampan yang ia pegang. Semakin mendekat, Rea
segera ikut berdiri di sebelah Arthur.
“Lihat siapa yang
terjatuh, seharusnya kau mendapatkan lebih dari itu karena sudah membunuh teman
kami” Ucap Rea.
Takazaki hanya melihat
dalam wajah Rea.
“Apa yang kau lihat ?!”
Pekik Rea seraya menendang nampan yang Takazaki pegang hingga makanannya tumpah
kembali.
Segera Takazaki
membereskan sisa makanannya dan pergi menuju toilet untuk membersihkan
tangannya yang penuh dengan noda makanan yang ia bersihkan. Arthur, Rea dan
yang lainnya segera duduk kembali dilanjutkan dengan makan makanan yang Vincent
punya.
“Pesan makananmu
sendiri” Ucap Vincent.
Rea hanya tersenyum dan
melanjutkan makanan yang Vincent punya, Vincent segera bangkit berjalan ke meja
kasir dan memesan makanan untuk teman perempuannya. Takazaki yang sudah keluar
dari toilet kembali memesan makanan dan segera mencari meja yang jauh dari
kumpulan Arthur dan kawan-kawan. Setelah menempati meja dan menikmati makanan
yang kembali dipesan, Takazaki merasakan seperti ada sesuatu yang mengawasinya,
ia melihat ke sekeliling kantin dengan sangat teliti dan berkali-kali, matanya
berhenti kepada sekumpulan anak laki-laki yang berada 4 meja di depannya dan ia
seperti melihat sesuatu yang tidak asing.
Vincent yang datang
membawa makanan segera tiba dimeja tempat kawannya berkumpul. “Silahkan!”
dengan nada bercanda, ia berikan kepada mereka yang belum memesan makanan, tak
terkecuali Rea yang hampir menghabiskan makanannya.
“Pacarmu berbakat jadi waiters Jade” Ledek Rea. “aku rasa,
lulus nanti dia akan bekerja di sekolah ini dan menjadi asisten koki”
“Penar, kau sudah sudah
cocok menjadi waiters di sini” tambah
Arthur. Vincent hanya tersenyum sambil menghabiskan makanannya.
“Sudah, habiskan makananmu,
atau aku yang akan habiskan ?!” ucap Vincent
“Iya-iya, pelayan” Ucap
Rea. Tawa kembali pecah di antara mereka, Emma juga terlihat lepas menertawakan
kelakuan teman-temannya itu.
“Akhirnya kau bisa
kembali seperti dulu Emma” Ucap Arthur.
Emma hanya tertawa dan
kembali memasukan makanan ke mulutnya.
“Tolong ambilkan saus”
ucap Rea.
Vincent yang terdekat,
segera mengambilkan saus yang Rea pinta, tanpa sengaja, saus yang di pegang Vincent
tumpah dan mengenai baju hem yang Rea
kenakan.
“Ah” pekik Rea terkejut.
“Eh, maaf-maaf tidak
sengaja”
Rea segera mengambil
tissue dan membersihkan bajunya.
“Pergilah ke toilet,
basahi dan bersihkan bajumu” Ucap Emma.
Rea segera beranjak
dari mejanya dan segera menuju salah satu toilet yang ada di ujung kantin. Di depan
wastafel segera Rea merogoh sakunya dan menggambil tissue yang ia bawa, setelah
dibasahi ia menunduk untuk membersihkan noda saus yang tersisa di bagian
kancing yang paling bawah, setelah di rasa bersih, ia menegakan wajah dan sekaligus
terkejut ketika emandang cermin, sosok bayangan hitam itu sudah berdiri di
belakangnya, Rea pun berbalik, sosok bayangan itu segera menikamkan pisau yang
di pegangnya ke perut Rea berkali-kali, hingga ia terkulai bersimbah darah.
Bersambung...